PERBAIKAN DIRI

Oleh: Hana Adhia, S,Si, M.Pd
Disampaikan pada acara
Training Motivasi UMMY Solok dengan Tema “ Melejitkan Potensi diri”
Sabtu 12 April 2014
Kata-kata yang sering kita dengarkan:
Sebaik-baik manusia adalah, yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini
Hitung-hitunglah diri kalian, sebelum kalian dihitung (Umar bin Khattab)
Siapa saja yang mengerjakan kebaikan (amal shaleh) baik lelaki maupun wanita, dan ia beriman, maka baginya kehidupan yang lebih baik. (QS:16:97)
Siapa saja yang berbuat (to create process and product) kebajikan maka baginya pahala dan pahala orang yang mengikutinya (memanfaatkannya)
“Allah mencintai orang yang selalu bekerja dan berusaha “
“Tidak seorangpun yang akan memperoleh kehidupan yang lebih baik daripada orang yang memperoleh penghasilan dengan tangnnya sendiri. Nabi Daudpun memperoleh nafkah penghidupan dari tangannya sendiri”.
Barang siapa yang memudahkan urusan seorang muslimin, Allah akan memudahkan urusannya di hari kiamat.
Orang yang cerdas ialah yang menghisab dirinya dan berbuat untuk kepentingan sesudah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah yang membiarkan dirinya mengikuti hawa nafsunya (Hadist)
Setiap manusia hendaknya selalu memperhatikan tentang apa, siapa, ke arah mana dan bagaimana dirinya dalam pentas kehidupan ini. Dengan mengetahui semua hakikat jawaban itu niscaya ia akan mendapatkan setengah dari makna kehidupan itu sendiri. Dan tatkala ia telah menemukan siapa dirinya, maka yang muncul ke permukaan kesadaran adalah kerapuhan dan kelemahan dirinya di hadapan bentangan alam kehidupan yang bermula dari dunia sampai tak berujung di negeri akhirat nanti. Dengan demikian, manusia sejati adalah manusia yang selalu menyadari kelemahan dan kerapuhan dirinya sehingga ia selalu berusaha terus menerus memperbaiki diri, sampai ia datang ke hadapan Penguasa kehidupan ini dengan penuh ketenangan
Sesungguhnya inti perbaikan diri adalah pembersihan jiwa (tazkiyatunnafs), yang apabila sang jiwa sudah bersih maka unsur pembentuk diri yang lainpun akan ikut terkoreksi.
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya, dan sesungguhnya merugilah orang yang mencemarkannya” (QS AsSyams: 9-10)
Dan proses mensucikan jiwa harus menyeluruh, dalam arti, bahwa pembersihan jiwa merupakan perbaikan seluruh dimensi kepribadian yang membentuk diri kita sebagai orang yang beriman dan bertaqwa.
Perbaikan diri hendaknya mengarah kepada kesuksesan dan kejayaan hidup sesuai dengan perspektif Al Qur’an. Bila kita rujuk surah Al Hajj: 77, maka Allah memberikan gambaran bahwa kesuksesan itu dapat diraih melalui dua pilar kegiatan:
a. Meningkatkan hubungan dengan Allah SWT melalui serangkaian ibadah yang berkualitas
b. Meningkatkan kinerja ‘amal khoir, yang berorientasi pada kemaslahatan hidup dan kehidupan ummat.
Sesungguhnya, dengan mengacu kepada kedua pilar itu arah kejayaan hidup menjadi sangat terang dan jelas, dan langkah-langkah perbaikan diri dapat dikembangkan berdasarkan kedua pilar tersebut dalam rangka mempersiapkan diri meraih kesuksesan dan kejayaan. Langkah-langkah perbaikan diri tersebut meliputi:
1. Perbaikan Ruhiyah.
Perbaikan aspek ini penting dilakukan untuk meningkatkan pengendalian diri (nafsu) menghadapi segala rangsangan kehidupan dunia yang menggiurkan maupun ancaman kehidupan yang mengguncangkan. Inti perbaikan ruhiyah adalah meningkatnya hubungan dengan Allah SWT melalui serangkaian kegiatan hati, lisan dan amal perbuatan. Dengan meningkatknya hubungan dengan Allah SWT, maka akan didapatkan banyak hal positif: kemudahan mendapat ilmu, kemudahan menganalisis segala fenomena kehidupan, kemudahan menemukan pemecahan masalah, kemudahan mendapatkan jalan keluar, kemudahan mendapatkan fasilitas kehidupan, keberkahan hidup dan ketenteraman hati.
Sebaliknya, kerenggangan hubungan dengan Allah SWT akan mendapatkan kehidupan yang sempit. Oleh karena itu hal yang segera harus ditegakkan dalam membina hubungan dengan Allah SWT. Bila hambaku mendekati aku dengan sejengkal maka aku mendekat kepadanya sehasta, dan jika mendekat kepadaKu sehasta Aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika datang kepadaKu berjalan, Aku datang kepadnya berjalan cepat (Hadis qudsi)
Perbaikan ruhiyah dalam perspektif tazkiyatunnafs Imam Ghazali mengikuti urut-urutan sebagai berikut:
Muroqobah : jiwa yang selalu merasa diawasi oleh Allah SWT sehingga ia selalu takut berbuat segala sesuatu yang menimbulkan kemarahanNya.
Muhasabah : jiwa yang selalu memperhitungkan dan mempertimbangkan segala amalannya dalam perspektif kehidupan akhirat
Mu’aqobah : jiwa yang selalu menghukum dirinya apabila terlanjur khilaf berbuat maksiat (salah).
Mujahadah : jiwa yang selalu sungguh-sungguh dalam beramal ibadah
2. Perbaikan Tsaqofiyah
Peningkatan kualitas diri seseorang sejajar dengan keluasan wawasan dan kedalaman ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Rasulullah SAW mewajibkan kaum muslimin untuk menuntut ilmu sepanjang hayat. Belajar tiada henti.
Tuntutlah ilmu, dari ayunan hingga liang lahat
Allah SWT mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan di antara kalian
Samakah orang-orang yang berpengetahuan dan mereka yang tidak berpengetahuan ??
3. Perbaikan Fisikal
Sesungguhnya Allah lebih menyukai orang mu’min yang kuat ketimbang orang mu’min yang lemah. (Hadist)
Tentu saja perbaikan diri juga menyentuh aspek fisikal, karena tubuh yang kuat dan sehat merupakan modal utama untuk berbuat banyak hal yang bermanfaat. Tubuh yang kuat merupakan salah satu karakteristik utama dalam kepemimpinan (leadership). Allah SWT menyebutkan hal tersebut dengan istilah:
— qowwiyul amien (kuat dan terpercaya) (QS 28:26)
— bashthotan minal ‘ilmi wal jism (mumpuni dalam ilmu dan jasad)
4. Perbaikan Sikap dan Keterampilan Produksi
Perbaikan diri yang tidak kalah pentingnya adalah yang terkait dengan sikap dan keterampilan dalam bekerja, karena dengan bekerjalah Allah akan memberikan balasannya (Jazaa’an bima kanuu ya’malun) .
Bekerja dalam konteks amal sholeh harus memperhatikan efisiensi dan efektifitas yang pada gilirannya akan melahirkan produktivitas. Untuk dapat bekerja secara produktif diperlukan sikap mental produktif.
5. Perbaikan Hubungan Sosial (Ittishol Ijtima’iyah)
Pentingnya menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar mendapat perhatian yang tinggi dalam Islam, terlihat dari bagaimana Allah SWT dan RasuluLlah SAW memandang masalah ini dalam konteks hubungan dengan tetangga sebagai komunitas masyarakat yang paling dekat jarak dan interaksinya dengan kita.
“…Dan berbuat baiklah terhadap tetangga yang (menjadi) kerabatmu.” (QS An Nisa:36)
Ibnu Umar dan Aisyah ra berkata keduanya: “ Jibril selalu menasihatiku untuk berlaku dermawan terhadap para tetangga, hingga rasanya aku ingin memasukkan tetangga-tetangga tersebut ke dalam kelompok ahli waris seorang muslim”. (HR Bukhori Muslim)
Abu Dzarr ra berkata: Bersabda RasuluLLah SAW: “Hai Abu Dzarr jika engkau memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya, dan perhatikan tetanggamu (HR Muslim)
Abu Hurairah berkata: Bersabda Nabi SAW, “Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman. Ditanya: Siapa ya RasuluLlah ? Jawab Nabi: “Ialah orang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya” (HR Bukhori, Muslim)
Abu Hurairah berkata: Bersabda Nabi SAW “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah tidak mengganggu tetangganya. (HR Bukhori, Muslim).
“Orang yang tidur dalam keadaan kenyang sedangkan tetangganya lapar bukanlah ummatku.”

I Love Rasulullah SAW

Cinta kepada Rasulullah SAWcinta rasulullah saw

Hadist:

عن أنس رضي اللّه عنه قال :قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم: “مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلْيُصَلِّ عَليَّ، فإنَّهُ مَنْ صَلَّى عَليَّ مَرَّةً، صَلَّى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ عَشْراً”.‏

Dari Anas r.a. ia berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Barang siapa yang disebut namaku di hadapannya, makabershalawatlah kepadaku, barang  siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan mendoakannya sepuluh kali”

Suatu ketika shahabat Rasulullah Umar bin Khattab datang menemui Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam. Umar radliyallahu anhu berkata kepada beliau,  “Ya Rasulullah, aku mencintaimu!”

“Seperti apakah kecintaanmu padaku hai Umar?”  tanya Rasulullah.

“Aku mencintaimu seperti aku mencintai diriku sendiri!”  sahut Umar.

“Tidak, hai Umar!! Engkau baru dikatakan mu’min bila mencintaiku lebih dari mencintai dirimu sendiri”. kata Rasulullah menegaskan.

Umar berkata, “Kalau begitu, aku mencintaimu lebih dari diriku sendiri”.

“Nah sekarang baru benar” , kata Rasulullah salallahu alaihi wa sallam.

Jelas bahwa Rasulullah mengajarkan para shahabatnya untuk lebih mencintai beliau dari diri mereka sendiri.  Dalam ajaran Islam kecintaan seperti ini merupakan pertanda lurusnya iman seseorang.

RENUNGAN

Langkah demi langkah.. Menyusuri waktu yang kian senja.. Bersama hati dengan segenap rasa..
Duhai… Para Lelaki.. Jangan engkau sentuh hati wanita bila hanya membuat kecewa…

Jangan engkau berikan harapan bila tidak bisa memberikan kelanjutan..

Jangan suka tebari khayalan indah bila engkau tidak bisa menjadikan khayalan itu menjadi kenyataan, tetapi  hanya bayangan saja..

Jangan engkau iming-imingi  wanita dengan mimpi-mimpi hidup bahagia jika tak akan menjadi nyata..

Duhai..  Para Lelaki.. Jika merasa sudah mampu khitbahlah.. lalu nikahilah..

Jika engkau belum mampu maka tahanlah semua itu..Karena Jika engkau paksakan untuk wanita menunggu dengan tanpa hubungan yang halal.. maka engkau akan menyakitinya.. “ pelan tapi pasti” 

1Karena apa…??? Karena ketika kata-kata yang sudah mendarat ditelinganya dan ternyata itu semua angan-angan belaka.. maka tanpa engkau sadari wanitalah yang paling tersakiti..

DURI UKHUWAH

“Innamal mukminuna ikhwah. Faaslihu baina akhawaikum” (QS 49 : 10)

“Sesungguhnya mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah orang-orang yang berselisih diantaramu”

“Innal muslim akhul muslim” (sesungguhnya muslim itu saudara bagi muslim lainnya)

Persaudaraan yang terjalin di antara kaum mukmin sesungguhnya merupakan anugrah nikmat yang sangat besar dari Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya :

 “Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” ( Ali Imran : 103)

Dalam QS 3 : 103 nampak jelas bahwa Allah yang mempersatukan hati-hati manusia dan menjadikan mereka bersaudara. Jadi ukhuwah Islamiyah, ta’liful qulub (persatuan hati) adalah kerja Allah dan bukan manusia. Hanya saja manusia harus berikhtiar lebih dulu dengan sama-sama berpegang teguh kepada tali Allah (yakni Al Islam) dan berusaha menyelaraskan diri dengan Islam serta memperbaiki hubungan antar sesama manusia. (QS 8 : 1). Bila sudah demikian insya Allah ukhuwah Islamiyah akan terwujud dengan sendirinya.

Seiring perjalanan waktu, tali ukhuwah yang telah terjalin terkadang bisa mengendur, bahkan putus sama sekali dikarenakan virus-virus yang berjangkit di hati diantaranya tamak terhadap kenikmatan dunia.

Banyak kasus dua orang sahabat yang saling mencintai dengan tulus sehingga masing-masing merasa berat untuk berpisah dari kawannya, tiba-tiba sikap mereka berubah ketika tergiur dengan gemerlap dunia dan berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Apa yang akan kita lakukan seandainya ada peluang rizki di mana kita dan saudara kita sama-sama membutuhkan? Sering terjadi dua orang sahabat saling bersaing, saling jegal demi mendapatkan satu pekerjaan. Di sinilah sifat itsar (mendahulukan saudara) kita diuji.

Ummul mukminin Aisyah ra yang terkenal kepandaiannya sekaligus juga kedermawanannya pernah mendapat uang 40.000 dirham dari baitul mal. Oleh Aisyah harta itu segera di bagi-bagikan kepada fakir miskin sampai-sampai lupa menyisihkan sedikit saja untuk dirinya. Sampai ditegur Ummu Burdah yang membantunya, “Ya Ummul mukminin kenapa tak kau sisihkan sedikit saja untuk membeli makanan berbuka, bukankah engkau sedang berpuasa,” “Ya Ummu Burdah, kenapa tadi tak kau ingatkan”, jawab Aisyah tenang.

Kisah itsar yang sangat heroik terjadi pada saat perang Yarmuk. Ikrimah bin Abu Jahl seorang mujahid bersama dua sahabat yang lain terbaring dengan luka-luka sangat parah. Ketika seorang sahabat hendak memberinya minum, ia menolak dan menyuruh air itu diberikan ke teman di sebelahnya. Ketika air itu akan diberikan kesebelahnya, orang tersebut juga menyuruh diberikan lagi ke sebelahnya pula. Ia memilih mengalah pula pada saat-saat yang penting tersebut. Namun orang ketiga yang dimaksud sudah meninggal, ketika kembali lagi si pemberi minum ke sahabat yang tengah, ternyata ia sudah syahid juga.Dan ketika beranjak ke Ikrimah, ia pun telah syahid. Subhanallah dalam detik-detik terakhir kehidupan atau di saat-saat kritis sekalipun mereka tetap menjaga itsar mereka.

Keutamaan orang yang berbuat itsar di dunia ia akan dicintai oleh orang-orang yang pernah merasakan kebaikannya dan mempererat ukhuwah serta di akhirat nanti akan mendapatkan mimbar terbuat dari cahaya, naungan dan lindungan Allah Taala serta Al-Jannah (surga).

Hmm.. Kenyataan hari ini, Hal yang sangat kontras terjadi pada kita, saat kita menoleh ke kondisi umat Islam saat ini yang terpecah-pecah, tercabik-cabik dan terkotak-kotak. ukhuwah kita selama ini perlu dipertanyakan???

Keberhasilan atau kegagalan??

Berhasil atau gagal adalah sebuah pilihan dalam hidup kita, Seseorang dapat merasa selamanya hidup gagal dan mencap dirinya sendiri seakan terlahir dan sepantasnya untuk menjadi manusia sial, pecundang dan gagal. Demikian pula penilaian dan cara pandangnya terhadap segala hasil usaha dan pencapaian orang lain akan selalu gagal, negatif dan pokoknya mengecewakan. Hal itu lahir dari sikap diri negatif yang mendorongnya untuk melihat diri dan dunia luar dengan kacamata kuda yang gelap dan picik dari satu arah, sehingga hampir tak terlihat sisi pandang lain secara jernih sekalipun sebenarnya yang ia pandang adalah positif ataupun terdapat sisi dan unsur positif.
Dalam konteks ini, patut kita hayati hadits qudsi bahwa keputusan takdir-Nya terhadap garis hidup manusia tergantung bagaimana ia berfikir dan berprasangka tentang-Nya.
Paul J Meyer pernah mengatakan bahwa 90 % orang-orang yang gagal sebetulnya belum tentu gagal, hanya saja mereka cepat menyerah. Sebagai ilustrasi rahasia sunnatullah sukses dan gagal ini dapat kita lihat pada fenomena air yang dimasak sampai mendidih. Air tidak akan mendidih meskipun telah mencapai 99,9 derajat celsius sebab air hanya akan mendidih pada 100 derajat celsius dan bukan pada 99,9 derajat meskipun hanya kurang 0,01 derajat celsius saja.
Dalam manajemen keberhasilan dan kegagalan, diperlukan seni menetapkan pola keberhasilan melalui proses yang terdiri dari bebrapa langkah dari berbagai sumber:
Luruskan niat; Tentukan atau kenali rasa takut yang melemahkan diri kita;beritahu orang lain tentang sebab-sebab kebingungan Anda, yang dapat membantu membebaskan diri Anda dari rasa takut; putuskan bagaimana kita bisa berhenti bila upaya kita menimbulkan kekecewaan yang sangat sampai kita yakin bahwa kita dapat mengendalikan situasi; mulailah dengan perlahan-lahan sampai kita bisa menghadapi tantangan dengan baik dan mengurangi bahaya timbulnya kepanikan; bayangkan diri kita sedang berada di tempat yang menyenangkan, sehingga rasa takut digantikan oleh emosi yang positif dan mampu menggunakannya untuk mendorong kreativitas; kemudian Jangan lupa berdo’a kpd Allah atas usaha yang telah dilakukan. Kalau kita memandang kegagalan diri dan orang lain di dunia ini sebagai sesuatu yang ‘gatot’ (gagal total), kiamat dan tamat riwayat, maka kita akan berhenti pada kegagalan dan tidak akan pernah melihat keberhasilan. Dalam hidup, yang dikenang orang bahkan yang kita ingat sebenarnya keberhasilan kita, dan bukannya pengalaman kegagalan kita. Mereka yang berhasil adalah yang mampu membuat sebuah pondasi yang kokoh dari batu-bata yang dilemparkan orang lain padanya. Jarang orang yang menyadari bahwa Isaac Newton pernah lemah prestasi belajarnya ketika di sekolah dasar, Henri Ford pernah gagal dalam bisnis dan bangkrut sebanyak 5 kali, Dale Carnegie pernah depresi dahsyat dan sempat terlintas untuk bunuh diri, Winston Churchill pernah tidak naik kelas enam, Abraham Lincoln pernah diturunkan pangkatnya menjadi prajurit biasa sebagaimana Khalid bin Walid pernah dilengserkan Umar bin Khathab dari posisi komandan menjadi prajurit biasa, Nabi Yusuf sempat menjadi budak yang diperjualbelikan, dan Nabi Muhammad saw. pernah tidak berjaya pada perang Uhud, pernah terusir, dihina, terlukai dan tidak dihiraukan.
Keberhasilan merupakan bola salju yang bermula dari ukuran kecil yang terus bergulir untuk terus membesar. Cara kita menyikapi setiap pencapaian, hasil dan anugerah (nikmat) hidup adalah pola kita memperlakukan bola salju. Bila kita remehkan dan tidak kita hargai sehingga cenderung mengabaikannya, maka tidak akan tumbuh besar, bahkan justru akan mencairkan dan melenyapkannya. Itulah ekspresi jiwa dalam mensyukuri dan menghargai hasil betapapun adanya. Bukankah Nabi saw bersabda bahwa orang yang tidak pandai menghargai dan berterima kasih orang lain maka ia tidak akan dapat bersyukur kepada Allah. Beliau juga berpesan agar kita tidak meremehkan suatu kebaikan pun. (QS.An-Naml:19, 40, Ibrahim:7)
Hargailah proses dan usaha betapapun hasilnya untuk dapat meraih keberhasilan yang hakiki. Orang yang pandai bersyukur adalah orang yang pandai berterimakasih, dan orang yang pandai berterima kasih adalah orang yang pandai menghargai dan orang tidak akan dapat menghargai apapun bila tidak memahami, menyadari dan menghargai proses serta usaha. Karakter utama orang shalih adalah menggunakan akal pikiran untuk memahami proses (Ulul Albab) termasuk segala ciptaan Allah di semesta alam, sehingga segala ucapan, sikap dan komentarnya selalu positif, menyejukkan, memotivasi, membersitkan inspirasi, dan penuh kearifan. Refleksi spontan imani Ulul Albab berupa komentar “Rabana ma khalaqta hadza bathilan” (Ya Tuhan Kami, tidaklah apapun yang Engkau ciptakan ini sia-sia, Maha suci Engkau… QS. Ali Imran:191) sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan terhadap proses dan sumber kebaikan, apapun hasil takdir-Nya.
Tipe wanita yang pandai menghargai pencapaian suami bagaimanapun kondisinya sebagai bagian dari manajemen keberhasilan adalah Ummul Mukminin Khadijah. Di saat-saat Rasulullah merasa sangat cemas, kesepian, ketakutan, dan merasa ditinggalkan, maka Khadijah justru mengungkit sisi-sisi kebaikan sosial dan pencapaian moral Nabi SAW yang begitu tinggi sehingga mampu membangkitkan kembali motivasi Nabi SAW Demikian pula tipe suami yang pandai menghargai istri adalah Rasulullah SAW dimana beliau tidak pernah mencela makanan maupun masakan sebagai penghargaan terhadap proses usaha dan sumbernya yang Maha Pemberi. Beliau juga tidak mencela kondisi fisik istrinya Aisyah yang tidak langsing lagi sebagai penghargaan beliau terhadap usaha dan pengorbanan Aisyah untuk tetap setia menghibur dan mendampingi Nabi SAW, sehingga beliau cukup menyiratkan pentingnya pemeliharaan tubuh melalui olahraga lari.
Di saat sahabat merasa gagal mempertahankan kualitas iman dan spiritualitas, Nabi saw memberikan penghargaan terhadap adanya kesadaran untuk merawat spiritualitas dan beliau memberikan motivasi bahwa kondisi keimanan seseorang memang fluktuatif sehingga dapat naik dan turun, naiknya dengan ketaatan dan turunnya dengan ketidakpatuhan. Namun sebaliknya di saat para sahabat merasa terlalu yakin dengan pencapaian dan prestasi amalnya, beliau mengingatkan bahwa surga tidak ditentukan oleh amal, melainkan murni karena rahmat Allah semata termasuk nasib beliau. Hal itu agar para sahabat tidak berhenti beramal sehingga Allah meridhai dan merahmati mereka.
Kata-kata bijak dan prinsip-prinsip kearifan yang menumbuhkan motivasi dan memacu inspirasi sangat diperlukan dalam seni manajemen keberhasilan dan kegagalan bagi diri dan orang lain. Kung-fu-tze pernah ditanya tentang apa yang akan dilakukan jika ia menjadi kaisar Cina. Tanpa ragu-ragu ia menjawab, “Aku akan mendidik rakyatku dengan kata-kata yang penuh inspirasi, semoga dengan menggunakan kata-kata itu mereka akan menjadi generasi bangsa yang gagah perkasa.”
Keberhasilan perlu disongsong, dibangun dan dijaga sebagaimana kegagalan perlu diantisipasi, dihindari dan dilawan.
Orang tidak akan dapat menghargai setiap pencapaian, prestasi dan hasil diri sendiri maupun orang lain kalau tidak menyadari dan menghargai proses dan usaha serta mengingat Allah sebagai sumber segala karunia. Wallahu A’lam .

Pengharapan

Ya Rabbi..

Rendamkanlah rinduku dijalan yg terbaik menurut ENGKAU

untuk dunia dan akhiratku…^_^

Seandainya rindu ini suci maka kuatkanlah,

Seandainya ukhuwah ini kudus maka panjangkanlah,

Seandainya luka ini berhikmah maka biarlah,

Seandainya ingatan ini berfaedah maka teruskanlanlah…

Bila saudara dan teman tak lagi cukup menemani kehidupanku…

Maka hari itu yang aku tunggu..

Penantianku pasti…

Karena ENGKAU tidak pernah alpa dalam berjanji dalam kalam-Mu.

KIAT SUKSES MENJADI SEORANG PENDIDIK

Tak mudah menjadi guru dan pendidik yang sukses. Usaha keras kita sering tak berhasil dengan sukses seperti yang kita harapkan. Banyak siswa saat ini yang jauh dapat disebut sebagai siswa yang penurut. Kadang semuanya itu sebagai bentuk kreatifitas tapi juga kadang berlebihan. Memang, siswakpun tumbuh-kembang secara bertahap sesuai dengan jamannya. Perlu kerjasama yang baik antara orang tua di rumah dengan guru di lembaga pendidikan baik formal, informal serta lingkungan dalam mengkondisikan peserta didik. Apakah orang tua mereka sudah benar dan tepat dalam mendidik? Beberapa materi yang penting sejak dini ditanamkan oleh orang tua adalah pendidikan keimanan, pendidikan untuk membiasakan beribadah, pendidikan akhlaq, pendidikan emosi, dan sebagainya (Lihat buku Abdullah Nashih ’Ulwan, Pendidikan Siswa Dalam Islam). Mentransfer materi-materi itu dilakukan dalam proses yang tujuannya adalah menanamkan agar dapat terinternalisasi dalam diri siswa. Untuk menanamkan nilai ini perlu secara bertahap dan dengan kesabaran. Orang tua/ pendidik yang selalu mengajarkan nilai tanpa penjelasan, sering disebut orang tua/pendidik dengan pola asuh otoriter. Dalam pola asuh ini pendidik tidak memberi cukup penjelasan mengapa nilai tersebut harus dipatuhi siswa. Siswa suka membuat masalah di kelas bisa disebabkan berbagai faktor. Bisa karena punya masalah belajar, ingin mendapat perhatian, atau aspek lain. Bahkan, ada siswa yang apabila dilarang justru melakukan larangan tersebut. Untuk mengatasinya, langkah yang bisa kita lakukan adalah deteksi awal apa sebenarnya yang membuat siswa suka membikin ulah. Dekati dan ajak bicara dia baik-baik, akan lebih baik orang tua diajak bicara. Beberapa temuan menunjukkan bahwa problem yang dihadapi siswa sering disebabkan masalah yang dibawa dari keluarga di rumah. Libatkan guru BP di sekolah untuk ikut mendeteksi masalah siswa tersebut dan memberi masukan langkah apa yang bisa diambil untuk mengatasinya sehingga asiswa tidak lagi membuat masalah di kelas. Kita sebagai guru yakin, dihukum dalam bentuk apa pun, siswa tidak akan jera atau justru akan semakin nakal bila kita tidak mengetahui permasalahan yang dihadapinya. Memberi hukuman bersifat mendidik yang kita terapkan sudah betul dan dalam kasus tertentu hukuman memang efektif untuk memberikan efek jera kepada siswa. Namun, seringkali hukuman tidak selalu efektif untuk kasus lain.
Setiap siswa dikaruniai potensi kecerdasan yang berbeda. Ada siswa yang sangat hebat di bidang matematika tetapi lemah dalam kemampuan sosial atau sebaliknya. Sebagai guru, kita sering menjumpai siswa yang kemampuan akademiknya (bidang studi) kurang, namun memiliki perilaku (akhlak) yang baik. Bentuk agresif dapat berupa agresif aktif dan agresif pasif. Agresif Aktif ditandai dengan menantang, permusuhan, melawan, menyalah gunakan siswa dan merusak properti. Agresif pasif ditandai dengan komunikasi yang dirancang untuk menimbulkan rasa sakit kepada siswa lain, mungkin dengan mengolok-olok, menamai nama siswa dengan nama jahat, berbicara jahat, membanting pintu. Siswa tertentu mungkin pasif agresif, melakukan penentangan secara diam-diam di belakang, tetapi ada yang menggunakan agresif langsung dengan membangkang. Bapak, sebagai pendidik sangat perlu memahami karakter siswa didik yang khas. Biasanya dapat diketahui dari reaksi siswa dan perilakunya sehari-hari. Untuk menghindari trauma emosional ketika pengajaran disiplin, mestinya dengan dialogis, terutama karena kognitif yang terus berkembang. Jangan sampai ada kesenjangan antara guru dan siswa, usahakan dekat secara hati dan ruh, agar mereka menganggap guru juga orang tua pengganti tempat mereka kembali ketika ada masalah. Semoga dengan begitu, hatinya akan merasa nyaman dan tidak ada alasan membangkang lagi, Selain belajar dari lingkungan keluarga dan sekolah siswa juga belajar dari lingkungan masyarakat (teman sebaya). Apalagi di usia remaja, pengaruh lingkungan seringkali lebih dominan. Oleh karena itu perlu dicarikan lingkungan yang kondusif bagi mereka, terutama dalam mengisi waktu luang. Melakukan hoby dan pengembangan skill sangat diperlukan dalam usia remaja ini karena energi mereka sedang tumbuh dengan pesat.

Figur pendidik yang baik diabadikan dalam Al Qur’an yaitu Rasulullah kemudian Bapak teladan Nabi Ibrahim AS., dan Luqman Al-Hakim. Menjadi seorang pendidik seperti yang dicontohkan
 Rasulullah saw mengajarkan kepada kita untuk menyangi keluarga, termasuk anak di dalamnya. Ini berarti Beliau saw mengajarkan kepada kita untuk memenuhi hak anak terhadap kasih sayang. Sabda Rasulullah saw:”Orang yang paling baik di antara kamu adalah yang paling penyayang kepada keluarganya.”
 Rasulullah mengajarkan untuk mengungkapkan kasih sayang tidak hanya secara verbal, tetapi juga dengan perbuatan. Pada suatu hari Umar menemukan beliau saw merangkak di atas tanah, sementara dua orang anak kecil berada di atas punggungnya. Umar berkata:”Hai anak, alangkah baiknya rupa tungganganmu itu.” Yang ditunggangi menjawab:”Alangkah baiknya rupa para penunggangnya”. Betapa indah susasana penuh kasih sayang antara Rasulullah saw dengan cucu-cucu beliau.
 Seorang ahli (Dorothy Law Nolte) berujar:”Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.” Bila orang tua gagal mengungkapkan rasa sayang pada anak-anaknya, anak-anak tersebut tak akan mampu menyatakan sayangnya kepada orang lain.
 Sebuah ketauladan dari seorang pendidik, ucapan pendidik yang tidak sesuai dengan perbuatan maka berakibat fatal pada dunia pendidikan sebagaimana firman Allah “Hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (Ash Shaff : 2-3)
Semoga bermanfaat ^_^

Cantik itu Ibadah

Semua wanita ingin tampil cantik, cantik secantik-cantiknya. Dalam Islam, mempercantik diri artinya mempercantik diri luar dalam. Dan cantik, bila sesuai dengan tuntunan Islam adalah sebuah ibadah. Karena Allah juga menyukai kecantikan dan membenci keburukan.

“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai yang indah, murah hati dan menyukai kemurahatian, menyukai akhlak yang luhur dan membenci akhlak yang rendah.” (HR. Al-Baihaqi)

Dan ingatlah hanya wanita-wanita yang cantik saja yang akan masuk surga. Kenapa ya? Allah membenci keburukan, dan karenanya Dia merubah wanita-wanita di surga yang berwajah buruk menjadi cantik jelita. Tapi,, sebenarnya apa sih arti dari cantik? Banyak orang yang salah mengartikan kata cantik, bahkan wanita sendiri juga kadang salah menafsirkan kata cantik. Ironis sekali! tapi memang faktanya begitu..

Mereka beranggapan wanita cantik itu adalah wanita yang punya body sexy, wajah cantik, rambut panjang, kulit mulus, dsb. Kalau setiap orang mengartikan demikian, berarti setiap orang juga memiliki definisi dan pendapat yang berbeda juga. Dan cenderung menimbulkan pendapat yang subyektif. Menurut si A wanita itu cantik, tapi menurut si B belum tentu.Karena mereka menilai kecantikan dari segi fisik saja.

Islam memandang kecantikan itu berdasakan pada dua unsur jasmani (luar) dan rohani(dalam). Karena itulah penilaian kecantikan harus didasarkan pada dua unsur tersebut. Jadi, kalau ada yang menilai sebuah kecantikan hanya dari unsur fisik saja berarti penilaian tersebut adalah sebuah kepalsuan. Itu karena di dunia ini tidak ada yang kekal, pada akhirnya semua akan hilang seiring berjalannya waktu. Misalnya ada seorang model yang cantik luar biasa dan seksi. Memang benar sekarang dengan kecantikan model itu banyak orang yang tergila-gila dan menyanjungnya. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, model tersebut akan kehilangan kecantikannya karena faktor usia. Nah, disini apakah model tersebut tetap akan jadi idola bagi orang-orang yang menyanjungnya dulu?

Sesungguhnya kecantikan sejati itu terletak di dalam hati yang bersih dan akhlak yang mulia. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: ”Innallaha la yanzhuru ila ajsamikum wa la ila shuwarikum walakin yanzhuru ila qulubikum” ”Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik kalian dan rupa kalian akan tetapi Allah melihat hati dan kalian” (HR. Muslim). Karena kecantikan yang sejati bukanlah cantiknya wajah tapi apa yang ada didalam dada maka percantiklah hatimu agar dicintai dan dirindukan semua orang.

Menanam Pohon Amal

Wahai mujahid muda atau Kepada siapa saja yang selalu merasa masih muda….

Semua orang ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana doa kita: “Ya Allah berikan keberkahan di dunia dan di akhirat kepada kami”. Bahagia adalah buah dari sebuah amal dan keridhaan Allah, namun sebelum memetik buah atau hasil kebahagiaan tersebut orang harus mulai menanam. Tanam itu adalah tanaman amal kebaikan. Tanaman yang baik akan menghasilkan buah yang baik, tanaman yang memiliki akar yang kuat maka akan membuat tanaman lebih subur.

Pohon tidak tiba-tiba kuat akarnya, itu merupakan suatu proses. Untuk itu dalam rangka menguatkan akar tersebut, maka pohon harus mendapatkan nutrisi dari dalam tanah yang sangat mengandalkan pohon itu sendiri. Untuk terus mencari makanan baru dan bantuan dari pihak eksternal berupa cahaya matahari sebagai fungsi control.

Saudaraku…, untuk menguatkan motivasi amal kita, maka kita membutuhkan keterbukaan diri, selalu belajar dari pengalaman pribadi, menajamkan kecerdasan fitrah diri, kecerdasan spiritual melalui penelusuran sumber nilai-nilai kebenaran yang abadi kitab Allah dan sunah Rasul. Nilai ini dapat kita cari melalui apa yang telah bertebaran di muka bumi sebagai ayat kauniyah maupun ceramah para alim ulama atau kita dapat membukanya sendiri dari buku sumbernya. Ini mengandalkan mutabaah dakhiliyah kita kepada hati nurani dan kekuatan hubungan kita dengan Allah.

Namun cahaya matahari adalah bagian dari kontrol yang sangat kita butuhkan untuk menguatkan akar. Ini merupakan kekuatan mutabaah kharijiyah kita dari saudara yang lain untuk mengontrol aktivitas amal kita.

Saudaraku…., jangan biarkan jika kita melihat saudara kita bagaikan pohon yang tidak tumbuh amalannya, tidak berbuah pohonnya. Jadilah kita seperti sinar matahari yang selalu memberikan kebaikan kepadanya sebagai fungsi kontrol. Ikatan kita adalah ikatan kebaikan yang saling menutup kekurangan dan bukan mencari kekurangan.  Wallahu’alam…